SALAM PAPUA (TIMIKA) – Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat adat di Mimika, Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), selaku pengelola Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI), membangun 20 unit tempat usaha bagi masyarakat Amungme dan Kamoro (Amor).

Pembangunan ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian kerja sama (PKS) antara YPMAK dan Bank Tabungan Negara (BTN), serta melibatkan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Jembatan Bulan sebagai pendamping pelaku usaha.

Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan di Mile 32, Kelurahan Karang Senang, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, pada Sabtu (31/5/2025).

Ketua Pengurus YPMAK, Dr. Leonardus Tumuka, menyampaikan bahwa tahap awal ini mencakup pembangunan 20 unit usaha 10 untuk masyarakat Amungme dan 10 untuk masyarakat Kamoro. Targetnya, akan dibangun total 100 unit usaha selama masa kepemimpinannya.

“Ini adalah langkah besar. Kami berkolaborasi dengan Bank BTN, vendor lokal, serta didukung STIE Jembatan Bulan. Kolaborasi ini sangat positif dan akan memberikan dampak yang luas bagi masyarakat,” ujar Leonardus.

Ia menambahkan, program ini bertujuan membangkitkan kemandirian ekonomi masyarakat Amor. “Masyarakat tidak hanya menjadi konsumen di tanahnya sendiri, tetapi menjadi produsen yang mandiri. Saya yakin program ini akan berhasil karena setiap pelaku usaha akan didampingi oleh mahasiswa untuk pengelolaan usaha dan keuangan,” jelasnya.

Sementara itu, Branch Manager BTN Timika, Hery Gerald Talupun, mengungkapkan bahwa program ini merupakan kelanjutan dari PKS yang telah ditandatangani pada April lalu. Pembangunan kios perdana ini merupakan bagian dari Financial Literacy Program (FLP), sebuah pendekatan baru yang mengedepankan pendampingan usaha ketimbang pemberian fasilitas kredit semata.

“Melalui program ini, masyarakat didorong untuk belajar menabung dan mengelola keuangan usaha secara mandiri. Kami tidak hanya membangun fisik tempat usaha, tetapi juga menyediakan pendampingan dalam menyusun laporan keuangan dan perencanaan bisnis,” terang Hery.

Ia menambahkan, anggaran untuk satu unit usaha sebesar Rp269 juta, mencakup pembangunan, pengisian kios, serta biaya pendampingan. Seluruh 20 unit kios permanen ini ditargetkan rampung dalam waktu 5 hingga 6 bulan.

“Konsepnya seperti waralaba (franchise). Semua kebutuhan disiapkan, masyarakat tinggal menjalankan. Pendampingan kami lakukan selama tiga tahun, sesuai PKS antara YPMAK dan BTN, dengan evaluasi rutin setiap bulan,” tutup Hery.

Penulis: Evita

Editor: Sianturi