SALAM PAPUA (TIMIKA) — Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Mimika mencatat tingkat inflasi year-on-year (y-on-y) di Timika pada Mei 2025
sebesar 2,88 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,41.
Sementara itu, terjadi deflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 0,28 persen
dibandingkan April 2025.
Kepala BPS Kabupaten Mimika, Ouceu Satyadipura, S.ST.,
GradDipl.PSt., MAPS, menyampaikan bahwa inflasi tahunan terjadi akibat kenaikan
harga pada sejumlah kelompok pengeluaran, terutama sektor makanan, kesehatan,
dan jasa.
“Inflasi y-on-y disebabkan naiknya indeks pada beberapa
kelompok pengeluaran seperti makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,41 persen,
kesehatan 6,91 persen, serta penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar
6,67 persen,” jelasnya dalam keterangan resmi, Sabtu (7/6/2025).
Kelompok lain yang turut mengalami kenaikan indeks antara
lain perlengkapan rumah tangga (0,91%), transportasi (0,35%), informasi dan
komunikasi (0,92%), serta perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mencatat
kenaikan tertinggi sebesar 11,40 persen.
Namun, terdapat beberapa kelompok pengeluaran yang mengalami
penurunan indeks, antara lain: Pakaian dan alas kaki: -0,41 persen, perumahan,
air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: -0,25 persen, rekreasi, olahraga,
dan budaya: -1,15 persen.
Berdasarkan data IHK, terjadi kenaikan dari 109,26 pada Mei
2024 menjadi 112,41 pada Mei 2025. Adapun inflasi year-to-date (y-to-d) hingga
Mei 2025 tercatat sebesar 1,70 persen.
Sejumlah komoditas yang memberikan sumbangan terbesar
terhadap inflasi y-on-y di antaranya: Daging babi, eEmas perhiasan, ikan segar,
sigaret Kretek Mesin (SKM), minyak goreng, tarif laboratorium, nasi dengan lauk,
gula pasir, kopi bubuk, mobil dan peralatan elektronik.
Sementara itu, komoditas yang memberi andil pada deflasi
antara lain: Kangkung, cabai rawit, tomat, dan bawang merah, telur ayam ras, angkutan
udara, bensin dan bahan bakar rumah tangga, ikan mujair dan cakalang, telepon
seluler dan obat penurun panas.
Ouceu menyatakan bahwa inflasi yang tercatat masih dalam
kategori terkendali dan mencerminkan dinamika harga yang wajar pada periode
pasca-Lebaran dan awal musim panen.
“Perkembangan harga menunjukkan kondisi yang relatif stabil.
Namun, kami tetap akan melakukan pemantauan rutin terhadap komoditas utama,
terutama pangan dan energi,” tutupnya.
Reporter: Evita
Editor: Sianturi